Pengelola wisata Mangunan masukkan budaya sebagai daya tarik

Pengelola wisata Mangunan masukkan budaya sebagai daya tarikObjek wisata Puncak Becici, salah satu wisata alam di Desa Mangunan, Dlingo, Bantul, DIY (Foto ANTARA/Hery Sidik)

WARTABARU.COM – Pengelola desa wisata di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan memasukkan seni budaya lokal setempat sebagai atraksi dalam rangka menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut.

"Yang juga perlu menjadi pemikiran pengelola objek wisata agar kunjungan tidak stagnan itu selain akses ke objek wisata juga inovasinya, makanya kami baru memulai memasukkan budaya sebagai atraksi," kata pengelola desa wisata kawasan Mangunan Bantul Purwo Harsono di Bantul, Minggu.

Menurut dia, dengan memasukkan budaya lokal sebagai atraksi menarik wisatawan, selain mengangkat potensi kesenian lokal dan memberdayakan masyarakat setempat juga menarik minat wisatawan berkunjung karena sekaligus bisa menikmati seni budaya.

"Sehingga di situ ada persilangan pariwisata dengan budaya, yang itu diwujudkan atau kolaborasi antara wisata alam dan atraksi budaya, jadi besok wisatawan tidak hanya melihat kondisi alam, tetapi melihat pertunjukan," katanya.

Selain inovasi dengan budaya, kata dia, dalam menjaga eksistensi desa wisata pengelola juga perlu menguasai segmen pasar wisata itu sebagai strategi mempertahankan tingkat kunjungan akibat merasa bosan karena potensi yang dijual tidak sesuai dengan keinginan wisatawan atau kurang bervariasi.

"Terkadang ketika membuat (desa wisata) dan tidak melihat bagaimana segmen pasar itu (desa wisata) menjadi tidak laku karena bosen, makanya perlunya memahami segmen pasar itu sendiri dan bagaimana memenuhi harapan wisatawan," katanya.

Dia menyebutkan di Mangunan ada enam desa wisata, yaitu Desa Wisata Kaki Langit Mangunan, Desa Wisata Songgolangit Sukarame, Desa Wisata Napak Tilas Sultan Agung Cempluk, Desa Wisata Gua Gajah di Lemah Abang, Desa Wisata Kediwung dan Desa Wisata Kera Ekor Panjang di Kanigoro.

Dia mengatakan, desa-desa wisata di Mangunan yang menjual potensi alam berupa lereng perbukitan dan hutan pinus tersebut mulai dikembangkan sejak Januari 2015 dan terus berkembang baik dari wisatawan maupun pertumbuhan perekonomian masyarakat dari kegiatan wisata itu.

"Kalau mulai ramai dan menggeliat itu sekitar 2016, tapi kelihatan nyata aktifitas itu mulai 2017. Pada tahun 2017 jumlah kunjungan sekitar 2,28 juta orang, kemudian pada 2018 sebanyak 2,71 juta. Di 2019 ini per Agustus ada penurunan, tapi harapan kami akan naik lagi," katanya.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top