Pengunjuk rasa terlihat berjalan dekat ban terbakar saat jam malam, dua hari setelah protes anti-pemerintah nasional yang berubah menjadi kekerasan, di Baghdad, Irak, Kamis (3/10/2019). (REUTERS/WISSM AL-OKILI)
WARTABARU.COM – Kelompok pengunjuk rasa ditembaki di Baghdad, Irak, pada Jumat setelah tiga hari kerusuhan anti-pemerintah yang mematikan.
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengatakan tidak ada "solusi gaib" yang tersedia, menjamin reformasi tak jelas tampaknya tidak akan mendamaikan Irak.
Hingga kini sedikitnya 27 orang tewas akibat penunjuk rasa ditembaki, sementara unjuk rasa meningkat setiap harinya, menyisir seluruh kota selatan sejak meletus pada Selasa.
Kerusuhan tersebut, yang dipicu oleh buruknya standar hidup dan korupsi, menjadi tantangan besar pertama bagi Abdul Mahdi, yang dilantik tahun lalu atas dukungan partai Syiah yang mendominasi Irak sejak jatuhnya Saddam Hussein pada 2003.
Kerusuhan juga terjadi pada malam Arbain Syiah, ketika sebanyak 20 juta jemaah diperkirakan berjalan kaki selama beberapa hari melintasi Irak selatan dalam pertemuan tahunan terbesar di dunia, 10 kali lipat ukuran Haji Mekkah.
Ibu kota Irak sebagian besar dalam kondisi tenang menjelang ibadah Shalat Jumat. Pembatasan jam malam yang sedang berlangsung ditentang ribuan pengunjuk rasa pada Kamis, dengan menyaksikan tentara dan pasukan khusus dikerahkan di sekitar pusat alun-alun dan di sejumlah jalan.
Sumber: Reuters
Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.