Hoaks dapat hancurkan industri dalam negeri, sebut BPOM

Hoaks dapat hancurkan industri dalam negeri, sebut BPOMKepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito, saat bincang-bincang bertema “Melalui Sinergisme Pemangku Kepentingan (Academia-Business-Government) Badan POM Mendukung UMKM Berdaya Saing Menuju Indonesia Maju” di Semarang, Selasa (10/9/2019). ANTARA/Anom Prihantoro/am.

WARTABARU.COM – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Penny K Lukito mengatakan informasi bohong atau hoaks dapat menghancurkan industri dalam negeri.

"Hoaks bisa mematikan dunia usaha. Jangan kaget dulu dan tergesa-gesa menyebarkan informasi yang belum teruji kebenarannya," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Selasa.

Menurut dia, ada tren masyarakat awam cepat menyebarkan hoaks soal produk pangan dan farmasi. Padahal begitu disebar tentu akan lebih sulit mengoreksi kabar tersebut dan bisa menimbulkan efek negatif.

Pihaknya menyarankan apabila terdapat informasi simpang siur terkait produk makanan dan obat sebaiknya mengeceknya ke saluran yang disediakan BPOM baik melalui sambungan telepon di 1500533, laman www.pom.go.id, akun Twitter @bpom_ri, Facebook @bpom.official dan Instagram @bpom_ri.

Beberapa waktu lalu, Penny menyebut terjadi kesalahan informasi di tengah masyarakat terkait produk dengan bahan baku minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Dia mengatakan terjadi pemahaman publik bahwa mengonsumsi atau menggunakan produk berbahan CPO membahayakan kesehatan. Padahal belum ada penelitian yang dapat membuktikan informasi tersebut.

"Ini edukasi kita kepada masyarakat tidak boleh dapat informasi yang salah seperti UMKM yang tidak mencantumkan label 'tidak mengandung minyak sawit' itu sebagai produk berbahaya, karena tidak ada data cukup. Dan jangan memberikan persepsi bahwa menggunakan label 'tidak mengandung minyak sawit' itu pasti sehat dikonsumsi" katanya.

Menurut dia, terjadi upaya dari luar negeri yang berusaha menyudut industri dalam negeri yang menggunakan sawit Indonesia.

"Justru dengan pencantuman label tanpa sawit itu dapat mengurangi daya saing dan melemahkan produk Indonesia di pasaran," demikian Penny K Lukito.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top