Ini cara sukses Harry Maguire: “do it yourself”

Ini cara sukses Harry Maguire: Soccer Football – Premier League – Manchester United v Chelsea – Old Trafford, Manchester, Britain – August 11, 2019 Manchester United’s Harry Maguire in action with Chelsea’s Christian Pulisic REUTERS/Phil Noble EDITORIAL USE ONLY. No use with unauthorized audio, video, data, fixture lists, club/league logos or “live” services. Online in-match use limited to 75 images, no video emulation. No use in betting, games or single club/league/player publications. Please contact your account representative for further details. (REUTERS/PHIL NOBLE)

WARTABARU.COM – Berpredikat mentereng sebagai bek termahal sedunia, Harry Maguire yang membela Manchester United tampil sukses menghalau serangan demi serangan yang digelontorkan Chelsea dalam laga Liga Inggris pada Minggu.

Rahasianya satu saja yakni milikilah dan hiduplah dengan kredo "do it yourself" disingkat DIY, atau lakukan segala sesuatunya sendiri saja.

Kredo "do it yourself" berpadanan dengan tugas sejati bek tengah- posisi yang ditempati Maguire – salah satunya mengambil keputusan secara tepat dan cepat saat lawan melakukan tusukan ke jantung pertahanan.

Nyatanya, Chelsea kebobolan empat gol tanpa balas. Racikan pelatih muda Frank Lampard jauh dari sukses menjebol pertahanan klub berjuluk the Red Devils.

Terang benderang bahwa Harry Maguire bersama dengan Aaron Wan-Bissaka demikian liat demikian ulet melapis pertahanan. Keduanya jauh dari virus mentalitas omong doang (omdo), dan menggamit kredo sukses "do it yourself".

Baik Maguire maupun Wan-Bissaka boleh dibilang sukses menerjemahkan instruksi pelatih Ole Gunnar Solskjaer dengan tidak mengambil resiko sekecil apapun, jauh dari sikap sembrono, senantiasa menjaga kekompakan atau menghargai setiap capaian tim, dan memaknai kata kolaborasi. Inilah intipati dari kredo "do it yourself".

Tidak percuma, pelatih dan manajer sekaliber Jose Mourinho memuji setinggi langit penampilan Maguire, yang kemudian dibaptis sebagai Man of the Match dalam duel melawan Chelsea itu.

Layaknya batu karang di bebukitan, Mourinho menyebut penampilan Maguire demikian kokoh sulit ditembus. "Ia demikian solid seperti batu-batu di bukit. Yang terpenting, bagi tim, ia memiliki keperibadian, memiliki naluri dalam membaca pertandingan, mengandalkan kehati-hatian, tampil percaya diri saat bertanding. Ia demikian fantastis," katanya.

Manchester United sukses memboyong Maguire dari Leicester City dengan jumlah mahar mencapai 85 juta pound atau setara dengan Rp1,46 triliun. Dan pemain kelahiran 5 Maret 1993 di Sheffield, Inggris itu membayar kontan dengan menunjukkan performa apik.

Silakan mencermati statistik Harry Maguire saat membendung serangan Chelsea: akurasi operan mencapai 86 persen, sukses melakukan tujuh aksi penyelamatan di lini pertahanan (clearances), empat kali melakukan aksi interseps, dua aksi membloking serangan lawan, tidak melakukan pelanggaran, dan tidak kebobolan gol.

Ini tentu saja seirama denga karakteristik gaya permainan Maguire, menurut catatan laman whoscored. Kekuatan pemain berusia 26 tahun itu yakni mampu berkonsentrasi penuh, dan tampil pantang menyerah serta fokus kepada pertahanan.

Ciri-ciri gaya penampilan Maguire, yakni memiliki ketajaman dan ketepatan dalam mengambil tendangan bebas tidak langsung, piawai dalam mendribel bola, dan mampu mengantisipasi bola-bola atas yang dikirim lawan.

Kelebihan dan keandalan Maguire ini neyekrup dengan masalah pertahanan yang dihadapi Manchester United sejak ditinggalkan manajer gaek Alex Ferguson pada 2013.

Solskjaer lantas tersihir oleh satu kata kunci dari era disrupsi: kolaborasi. Pelatih asal Norwegia itu lantas mendambakan sosok bek tengah sekelas Virgil van Dijk di Liverpool.

Van Dijk, di mata para pandit sepak bola Inggris, memiliki fokus dan mengonsentrasikan diri kepada pertahanan. Meminjam istilah populer era disrupsi, yakni menimbang perkembangan alur serangan lawan kemudian mengubahnya menjadi peluang.

Maguire adalah Maguire. Menurut catatan laman BBC, dalam catatan statistik pertahanan, ia mengoleksi 118 kali menang dalam duel udara selama musim lalu, 49 kali lebih banyak dibandingkan dengan Lindelof.

Sebagai bek tengah, Maguire menang dalam duel udara setiap 22 menit, sedangkan Lindelof setiap 37 menit, Jones rata-rata setiap 27 menit dan Bailly rata-rata setiap 49 menit.

Maguire rata-rata lebih sedikit melakukan tekel dalam 90 menit dibandingkan dengan bek tengah yang dimiliki Manchester United pada musim lalu.

Lindelof menang 27 kali dari 40 tekel yang dilakukan (67 persen) selama berlaga di Liga Inggris musim kompetisi 2018-2019. Jones menang 13 kali dari 19 tekal (68 persen), Bailly menang sembilan kali dari 15 tekel yang dilakukan (60 persen), sementara Maguire justru mencapai persentase terendah (54 persen), menang 17 kali dari 31 tekel.

Kredo "do it yourself" lantas diterjemahkan Maguire dengan mobilitas di lapangan. Ia berlari rata-rata sepanjang 8,76 kilometer di setiap laga saat membela Leicester di musim lalu, Lindelof (8,88 kilometer), Smalling (9,36 kilometer).

Maguire juga piawai dalam melepas umpan di setiap pertandingan. Ia rata-rata melepas umpan sebanyak 56,4 kali, Smalling (39,8), Jones (41,9), Bailly (25,2), dan Lindelof (49,7).

Dalam cahaya statistik kontribusi bagi serangan, Maguire melesakkan tiga gol bagi Leicester di musim lalu. Jumlah ini lebih banyak dari jumlah gol yang dicetak oleh bek Manchester United (Smalling dan Lindelof yang mengoleksi masing-masing satu gol).

Catatan mentereng dari statistik dan penampilan gemilang Maguire saat melawan Chelsea sedikit banyak menjawab suara nyinyir dari sebuah media populer yang terbit di Inggris.

Lima tahun lalu Maguire tampil di Liga Satu Inggris, sekarang ia menjadi bek termahal di dunia, demikian nukilan dari opini yang dimuat oleh media Inggris itu.

Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi terkenal seantero dunia sebagai pemain depan, sementara Kevin de Bruyne mengandalkan skill yang mumpuni, karena sebagai gelandang ia berpeluang mencetak gol bagi timnya.

Lantas apa yang dapat ditorehkan oleh seorang bek seperti Maguire? Begitu pertanyaan sarat kesangsian dari media Inggris itu.

Di mata para pengkritik, Maguire kurang memiliki kecepatan bahkan cenderung lamban mengantisipasi pergerakan lawan. Ini terbukti dari keengganan Huddersfield merekrut pemain itu dengan jumlah kontrak mencapai 1 juta poundsterling.

Kritik boleh datang silih berganti. Maguire bertekad "banyak menunjukkan" bukan sebatas "banyak membincang" penampilan diri sendiri, dengan mengabaikan kolaborasi.

Maguire terus meningkatkan skill, memegang teguh kerjasama tim, dan menghidup-hidupan bara kredo "do it yourself" dalam diri sendiri.

Bukankah kredo do it yourself, yang diamini dan dilakoni Maguire juga dipraktekkan oleh generasi milenial? Kata kuncinya, jadilah tutor bagi diri sendiri.

Demikian berita ini dikutip dari ANTARANEWS.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top