Ilustrasi mobil hybrid. (CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP)
WARTABARU.COM – Listrik padam selama dua hari di sebagian Pulau Jawa yang disebabkan gangguan transmisi di fasilitas PLN dianggap contoh kasus yang pas untuk menerangkan bahwa Indonesia belum siap langsung loncat ke mobil listrik murni.
Kondisi minim suplai listrik tentu mengkhawatirkan buat operasional mobil listrik yang sepenuhnya mengandalkan energi itu. Tanpa listrik, baterai mobil listrik tak bisa diisi ulang.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengingatkan solusi buat Indonesia saat ini yang sedang menatap era baru mobil listrik adalah terlebih dulu mengembangkan mobil berteknologi hybrid. Mobil hybrid yang punya dua sumber penggerak, umumnya mesin konvensional dan motor listrik, dianggap lebih masuk akal untuk situasi Indonesia pada saat ini.
Pada sistem kerja mobil hybrid, saat salah satu sumber penggerak bermasalah, misalnya kekurangan sumber energi, maka sumber penggerak lainnya bisa diandalkan agar mobil tetap sanggup digunakan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin, Harjanto, menjelaskan, sesuai kondisi listrik serta infrastruktur di Tanah Air, hasil kajian Kemenperin bersama enam universitas merekomendasikan teknologi yang cocok buat Indonesia adalah hybrid.
“Makanya, rekomendasi dari universitas di enam perguruan tinggi, rekomendasinya hybrid. Memang ketersediaan infrastruktur salah satu hal yang menjadi konsiderasi mereka termasuk affordability daripada kendaraan itu sendiri,” kata Harjanto di kantornya kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (5/8).
Menurut dia, sistem kerja kendaraan hybrid bisa lebih irit bahan bakar ketimbang mobil konvensional. Irit bahan bakar berarti semakin rendah emisi gas buang.
“Dikombinasikan dengan mesin karena efisiensinya bisa mencapai 40 persen dari penggunaan energinya sendiri. Bayangkan kalau satu liter 40 kilometer, itu sudah sangat efisien,” ucap dia.
Selain hybrid, rekomendasi yang menurut Kemenperin baik jika berkaca pada infrastruktur Indonesia adalah kendaraan dengan bahan bakar alternatif. Dia menjelaskan hal ini masuk ke dalam program flexy engine.
“Saya lagi dorong juga, ada katalis merah putih misalnya dari CPO berubah menjadi green fuel, tidak hanya berhenti di biodiesel dia juga bisa meenjadi gasoline, avtur dan sebagainya, termasuk pengembangan etanol. Kalau ini kan bisa mengurangi pengeluaran kita terhadap oil dan gasoline,” ucap Harjanto.
Komentar Produsen Mobil
Melihat kondisi seperti saat ini Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Amelia hanya menekankan bahwa tanpa kendaraan murni listrik, kebutuhan listrik di Tanah Air sudah sangat besar.
Namun disebutkan permintaan listrik ini belum dapat diimbangi secara penuh dari PLN.
“Yang saya tahu Indonesia memang kebutuhan listriknya masih lebih besar dari suplai. Jika masuk mobil listrik, berarti kebutuhan atau demand akan lebih tinggi,” katanya.
Sementara itu Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy menuturkan kasus PLN yang tak mampu memasok listrik ke Ibu Kota menjadi dasar buat pemerintah membangun infrastruktur lebih baik lagi ke depan demi menyambut era kendaraan listrik.
“Insiden ini saya juga ingin tahu penyebabnya apa, dan apakah ke depannya seperti apa. Semua ini bisa menjadi dasar untuk mempersiapkan infrastruktur kendaraan listrik,” kata Anton.
Demikian berita ini dikutip dari CNNINDONESIA.COM untuk dapat kami sampaikan kepada pembaca sekalian.